Kamis, 11 Oktober 2012

makam sunan kali jaga

Makam Sunan Kalijaga berada di Kadilangu, Demak dalam “rumah” kokoh dengan ukiran Jepara terbaik di pintu, jendela, maupun tiang-tiangnya. Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari Walisongo yang mempunyai sejarah hidup yang unik dan mengesankan.
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.
Pintu masuk
Pintu masuk
Pintu masuk
Pintu masuk
Pintu masuk
Pintu masuk
Lorong menuju makam
Lorong menuju makam
Lorong menuju makam
Foto2 Walisongo
Foto2 Walisongo
Foto2 Walisongo
Mohon diperhatikan
Mohon diperhatikan
Mohon diperhatikan
Makam kerabat dan pengikut Sunan Kalijaga
Makam kerabat dan pengikut Sunan Kalijaga
Makam kerabat dan pengikut Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga
Tempat duduk Sunan Kalijaga
Tempat duduk Sunan Kalijaga
Tempat duduk Sunan Kalijaga
Tempat duduk Sunan Kalijaga
Tempat duduk Sunan Kalijaga
Tempat duduk Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga
Menurut cerita,Sebelum menjadi Walisongo, Raden Said menjadi seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi. Dan hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, Saat Raden Said ke hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang.
Karena tongkat itu dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya,hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukkan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.
Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu,ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
Semasa hidupnya, dalam berdakwah Sunan Kalijaga banyak mengadopsi budaya lokal. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu Suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan Sekatenan, garebeg maulud, serta lakon Carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.
Begitulah secara sekilas bagaimana keunikan sejarah Raden Said menjadi Salah satu anggota Walisongo dan bagaimana beliau berdakwah.
By : AMGD & disarikan dari berbagai sumber